(October Submission) GROWTH - ANDI BULQIS SAFIRAH


 

GROWTH

Hai perkenalkan nama saya Bulqis, namun biasanya sahabat dekat saya ataupun orang-orang lebih akrab memanggil saya dengan sebutan Ucis. Melalui media ini, saya tidak akan bertele-tele, mungkin. Hanya ingin berbagi keresahan dari dalam diri.

 

Selama ini saya selalu berfikir kalau kita itu lahir dan tumbuh dari cara yang sama oleh orang tua kita masing-masing. Dimana there’s a lot of things yang kita tidak boleh ini, itu, karena umur, gender, anak perempuan harus begini anak laki-laki harus begitu, ataupun karena hal-hal lain. Hal-hal yang sejak kecil saya rasa hanya akan menjadi barrier atau penghalang bagi saya nantinya, namun menjadi sebuah kewajiban bagi orang tua saya. Saya tidak tahu sebagai anak apakah pendidikan seperti ini normal atau tidak. Tetapi seiring saya semakin tumbuh, saya melihat orang tua lain which is my friend’s parents selalu memperlakukan anaknya untuk melakukan hal apapun yang ia sukai, atau sekadar mencoba menjadi sahabat terdekat anaknya. Hal inilah yang membuat saya bertanya-tanya, “Kenapa orang tua ataupun keluarga yang saya miliki tidak seperti mereka ya?”

 

Semakin saya tumbuh, barrier-barrier dari orang tua saya semakin nyata rasanya. Bahkan untuk hal-hal yang semestinya adalah hak saya sepenuhnya untuk mengambil keputusan, harus pula dikuasai oleh orang tua. Mereka yang pada akhirnya menentukan saya akan seperti apa, bagaimana caranya, dengan siapa, dan lain-lain. Entah sampai kapan, entah berapa banyak pertikaian yang harus terjadi sampai saya benar-benar bisa merasakan yang namanya bebas. Bebas dalam artian menentukan yang terbaik untuk diri saya, untuk apapun itu. Karena saya yakin bahwa saya sudah dewasa dan mampu menentukan arah yang terbaik. “Kekang”-an inilah yang selalu menjadi mimpi buruk disetiap harinya.

 

Sebagai manusia menurut saya mengeluhkan hal ini merupakan hal yang sifatnya alamiah. Semua manusia pasti ingin merasa bebas dan mampu menentukan pilihannya sendiri. Saya yakin pasti Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Meskipun besar harapan saya punya keluarga dan orang terdekat yang suportif dan memberikan saya kebebasan memilih seperti yang teman-teman saya miliki, mungkin bagi Tuhan, keluarga saya adalah yang pilihan yang terbaik bagi saya. Mungkin Tuhan menganggap saya adalah pribadi yang kuat dan tahan dengan keadaan ini atau Tuhan ingin saya menjadi pribadi yang lebih berprinsip dan terbuka dalam menerima segala “arahan” dalam hidup.

 

Semakin saya bertumbuh, saya selalu berharap akan datang hari dimana saya mengatakan pada diri saya sendiri, “Oh, ternyata ini yang mereka inginkan untuk saya”, atau, “Oh, ternyata yang saya mau kala itu tidak lebih baik dibandingkan harapan mereka kepada saya atau apa yang sudah saya capai saat ini karena didikan mereka”. Entahlah, mungkin suatu saat saya akan menemukan momentum itu. Saya percaya Tuhan punya rencana-rencana yang baik bagi saya, salah satunya dengan menitipkan saya pada keluarga ini. Dan mungkin Tuhan percaya, bahwa dengan cara inilah saya bisa tumbuh.

 

18 Oktober 2020

Bulqis Safirah

 

Editor: Retno Pratiwi Sutopo Putri (Tim Editor Halo Jiwa)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.